
Difteri merupakan penyakit yang banyak terjadi di dunia beberapa tahun belakangan. Indonesia pun menetapkan penyebaran penyakit ini sebagai salah satu kejadian luar biasa atau KLB pada tahun 2017 lalu. Penyakit ini bisa saja memicu komplikasi sehingga menyebabkan kematian dikalangan anak-anak hingga orang lanjut usia. Sebenarnya adakah cara mencegah penyebaran penyakit mematikan satu ini sejak dini?
Cara mencegah penyakit difteri pada anak-anak
Anak-anak yang berusia
dibawah lima tahun lebih rentan terkena penularan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium. Hal ini
dikarenakan sistem kekebalan tubuh si kecil masih belum sempurna. Faktor
lingkungan yang tidak sehat, bepergian ke daerah endemik hingga tertular
penyakit dari batuk atau bersin dan melakukan kontak langsung dengan penderita
sangat mempengaruhi.
Selain memperhatikan
kebersihan dan kesehatan diri sejak awal, ada solusi mencegah penularan
penyakit difteri dengan cara vaksinasi. Ya, vaksinasi DPT merupakan langkah
mencegah tertular penyakit sejak usia si kecil baru berusia 2 bulan lho! Yuk,
simak mengenai vaksinasi DPT berikut ini https://apotheekheren.nl/!
Vaksinasi DPT, manfaat dan efek samping
Vaksinasi DPT atau terdiri
dari singkatan kata difteri, ertusis dan tetanus ini merupakan imunisasi yang
wajib diberikan pada balita. Masing-masing jenis penyakit yang disebutkan
memiliki risiko dan komplikasi yang bisa berujung pada kematian. Demi menekan
angka kematian bayi akibat tiga penyakit tersebut, pemerintah mencanangkan
wajib imunisasi sejak usia dini.
Pemberian vaksinasi DPT
sendiri bisa mencegah si kecil terkena penyakit yang menyerang saluran
pernapasan ini. Anda tidak perlu khawatir lagi mengenai penyebaran penyakit difteri yang semakin parah. Pasalnya,
si kecil sudah terlindungi dari risiko penyakit yang menimbulkan gejala
tenggorokan tertutup selaput lendir keabu-abuan ini. Jika tidak segera
ditangani, gejala penyakit ini bisa menyebabkan si kecil mengalami sulit
bernapas dan menelan makanan.
Pemberian vaksinasi DPT
akan dilakukan tenaga medis selama lima kali yaitu saat bayi berusia 2 bulan, 3
bulan dan 4 bulan. Setelah itu, pemberian keempat akan dilangsungkan saat anak
berusia 18 bulan sedangkan vaksinasi DPT terakhir pada rentang usia 5 tahun.
Anda wajib tahu bahwa
pemberian DPT ini wajib dijadwalkan agar kesehatan si kecil terjaga dengan
baik. Imunisasi harus diulang selama 10 tahun sekali untuk menghindari tertular
penyakit mematikan. Vaksinasi lanjutan tidak disarankan bila anak mengalami
rekasi alergi berat dan mengalami gangguan sistem syaraf dan otak selama
seminggu setelah vaksinasi.
Efek samping pemberian vaksinasi DPT pada anak
Sebaiknya orangtua segera
membawa si kecil melakukan pemeriksaan ke dokter bila mengalami efek samping
vaksinasi. Anda wajib waspada bila si kecil mengalami demam di atas 40 derajat
celsius, terus menangis selama kurang lebih 3 jam dan anak mengalami kejang
atau pingsan pasca vaksinasi DPT.
Namun, Anda tidak perlu
khawatir jika si kecil menunjukkan reaksi efek samping vaksinasi DPT yang
wajar. Efek samping yang biasa terjadi antara lain si kecil mengalami demam
ringan, bengkak pada bagian yang disuntik, kulit bekas suntikan merah dan
terasa sakit, mengalami lelah dan rewel. Efek samping tersebut merupakan reaksi
normal setelah si kecil mendapatkan vaksinasi DPT. Jadi, Anda tidak perlu
khawatir berlebihan ya!
Vaksinasi DPT merupakan
solusi pencegahan penyakit sejak anak masih berusia dini. Sangat jarang terjadi
efek samping buruk seperti kejang, koma hingga kerusakan otak pada si kecil
yang baru saja menjalani vaksinasi. Sebaiknya Anda selalu melakukan konsultasi
dengan dokter mengenai jadwal imunisasi yang tepat! Yuk, lindungi buah hati
Anda dari penyakit difteri yang bisa
menyebabkan kematian!